img

Rosminah: Mengudar Rasa Takut Menjadi Semangat Persaudaraan


Rosminah, Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Poso, mengajar sejak tahun 1987 hingga pensiun pada 2020. Rosminah alumnus Lokakarya Mengelola dan Memaknai Perbedaan di Lingkungan Sekolah bagi Guru SMA/SMK di Sulawesi Tengah, dari tingkat dasar hingga pelatihan bagi calon pelatih (ToT) yang diselenggarakan Interfidei sejak tahun 2015 hingga 2019. Pasca pelatihan tingkat dasar (2015), Rosminah aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan yang diadakan Interfidei, baik di tingkat lokal Sulawesi Tengah.


Saat menerima undangan dari Interfidei untuk berpartisipasi dalam Lokakarya Mengelola dan Memaknai Perbedaan di Lingkungan Sekolah Bagi Guru Tingkat SMA/SMK di Sulawesi pada tahun 2015, Rosminah awalnya sempat khawatir karena dalam surat tertulis bahwa peserta juga datang dari Guru Pendidikan Agama Protestan, Katolik, serta Hindu. Pengalaman buruk di masa lalu (Konflik Poso) membuatnya takut, namun rasa penasaran dan keingintahuan mendorongnya untuk ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.


Ketika lokakarya tahap pertama dimulai, Rosminah bertemu dengan Guru-Guru Pendidikan Agama Protestan, Katolik, dan Hindu. Kemudian disadarinya bahwa ini justru merupakan kesempatan baik baginya untuk berkenalan, belajar, bertanya, mengkonfirmasi, berbagi berita, cerita, serta anggapan tentang agama lain, yang selama ini ia terima dan yakini. Rosminah belajar mengudar prasangka buruknya, ia mulai membangun rasa percaya dengan menjalin hubungan baik dengan guru-guru yang beragama lain dan dari sekolah yang berbeda. Menurutnya, ketika bertemu untuk pertama kalinya, masing-masing masih merasa kaku. Setelah beberapa hari, suasananya mulai cair. Dalam berbagai kesempatan diskusi kelompok dan berbagai kegiatan selama lokakarya berlangsung mereka berkomitmen bahwa masa lalu yang buruk biarlah menjadi pelajaran berharga untuk bersama-sama menata masa depan yang lebih baik melalui ruang-ruang kelas Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah.


Usaha membangun rasa saling percaya memang sulit, butuh waktu yang cukup panjang dengan komitmen bersama untuk mencapai keadaan yang lebih baik. Setelah lokakarya tahap pertama selesai, relasi pertemanan di antara alumni masih terus berlanjut. Mereka saling menyapa dan berkunjung, serta mengucapkan selamat hari raya antara yang satu dengan yang lain. Mulai dari hal-hal yang kecil seperti itu, mereka yakin bahwa dalam rangka menumbuhkembangkan hidup damai, perjumpaan dan kesiapan untuk saling belajar, menghormati, dan menghargai orang lain adalah hal yang sangat penting.


Bagi Rosminah, pengalaman yang baru dan berkesan saat mengikuti lokakarya adalah kegiatan kunjungan belajar. Menurutnya, “Pertama, kegiatan berkunjung ke komunitas agama yang berbeda, berkunjung ke rumah ibadah, bertemu dan berdialog dengan umat serta para pemuka agama, saling belajar, mengkonfirmasi asumsinya, bertanya dan mendapat penjelasan serta berbagi cerita tentang semangat membangun perdamaiaan. Kedua, kunjungan belajar ke sekolah lain yang berlatar belakang agama maupun negeri untuk saling belajar tentang bagaimana mereka mengelola perbedaan dan peran Guru Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan dalam menumbuhkan sikap hormat terhadap orang yang berbeda agama dan latar belakang apapun. Proses itu membuat keraguan saya memudar, saya menemukan rasa kebersamaan dan tumbuhnya semangat persaudaraan yang membuat hati saya menjadi lega”. 


Pembelajaran yang baik selama lokakarya diterjemahkannya ke dalam proses belajar di ruang kelas Pendidikan Agama di sekolah. Rosminah mengajak dan bekerja sama dengan Guru Pendidikan Agama Protestan, Katolik, dan Hindu di sekolahnya untuk menumbuhkembangkan semangat dan rasa saling menghormati, menghargai, persaudaraan di lingkungan siswa di sekolah. Rosminah juga beberapa kali bekerja sama dengan para Guru Pendidikan Agama yang lain, dengan dukungan Kepala Sekolah, melakukan kegiatan belajar tentang agama-agama secara bersama. Para Guru juga bekerja sama untuk menjadikan mata pelajaran Pendidikan Agama yang mereka asuh dapat menjadi ruang untuk mengajarkan agama yang mencintai sesama manusia apapun latar belakangnya, agama yang rukun, dan mengasihi sesama. Menurut Rosminah, “Semua itu dimulai dengan usaha menjalin silaturahmi, membangun dan membina kebersamaan agar tercipta suasana yang harmonis untuk masa depan yang lebih baik. Pendidikan agama adalah pendidikan tentang perdamaian.” Selain di sekolah, Rosminah juga aktif terlibat dalam usaha menumbuhkembangkan kerukunan antar umat beragama di masyarakatnya melalui penyelenggaraan berbagai kegiatan.


Ditulis oleh: Cornelius Selan
Editor: Otto Adi Yulianto